Wednesday, March 26, 2008

Doa Anak Sholih

Oleh: Hari wuryanto, 20 Nopember 2007

Sabda Rosululloh SAW menurut Abu Ghuroiroh dalam Sunan Abu Dawud no. hadis 2880 bahwa ketika seseorang meninggalkan dunia/wafat, maka putuslah amalannya kecuali 3 perkara, antara lain sodakoh jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendoakan, lalu bagaimana kedudukan hadis tersebut, serta seberapa besar peranannya terhadap nasib orang yang sudah meninggal dunia?

Ilmu (dasar hukum) agama Islam yang terdiri dari kurang lebih 6237 ayat al-Quran dan belasan ribu lebih matan/conten /isi hadis, pada dasarnya semua membentuk pengertian yang menyeluruh sebagaimana satu bangunan raksasa.

Satu atau beberapa ayat dalam satu surat bisa berhubungan dalam satu rangkaian tafsir/pengertian secara berkelanjutan, dengan satu ayat atau beberapa ayat yang lain dalam surat yang sama atau pada surat yang lain.

Demikian pula halnya tafsirannya bisa tersebar di berbagai imamul hadis, yang terkenal dengan Kutubusitah, yaitu enam kitab hadis paling sohih yang sudah diakui ulama Islam se dunia, diantaranya :Sohih Bukhori, Sohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Madjah, Sunan Tirmidzi.

Selain enam kitab hadis yang sudah termashur tersebut, masih ada lagi puluhan kitab yang sering juga dipakai rujukan/acuan dalam pengambilan dalil/hujah sumber hukuk antara lain : Sunan Darimi, Sunan Dailami, Tobroni, ad-Daru Qutni, Sunan Ahmad, Baihaqi, al-Khoroiti, Ibnu Abdil Bari dll.

Meskipun letaknya terpisah-pisah namun pada dasarnya semua saling berkaitan satu sama lain, saling menjelaskan sehingga terbentuklah pengertian yang utuh,total.

Ibaratnya satu rumah yang besar, meskipun tersusun dari puluhan, ratusan bahkan ribuan material, namun semuanya saling terkait, satu bagian dengan bagian yang lain saling mendukung secara integral / terpadu, menyempurnakan menjadi bangunan yang kokoh.

Mendalami ilmu agama Islam ibarat mengamati dan mencermati bagian demi bagian material, memerlukan waktu yang relatif lama secara berkesinambungan, makin lama makin jelas mendapat gambaran pengertian yang global.

Mengandalkan dengan mempunyai satu, dua atau beberapa material saja secara terpisah, maka tentu belumlah cukup untuk memperoleh manfaat / fungsi sebagaimana tujuan membuat rumah.

Demikian pula halnya mendalami satu ayat atau hadis secara terpisah kadang belum tentu langsung mendapatkan pengertian secara keseluruhan dari maksud yang terkandung didalamnya, karena kelanjutannya atau tafsirnya berada tersebar di beberapa ayat atau hadis yang lain.

Lebih jauh lagi, mengutip pernyataan Bapak Wakil Presiden H M Yusuf Kalla pada home page detik.com, Kumpulan Liputan Media Rakernas LDII Jakarta 6-8 Maret 2007 hal.29 berjudul" Salah Paham Agama Karena Pemahaman Tidak Utuh". Dijelaskan bahwa: "Pemahaman yang tidak utuh mengenai syariat Islam di internal umat Islam, merupakan penyebab salah paham kalangan non muslim terhadap ajaran Islam. Menjadi tugas para pendakwah menyelesaikan masalah ini".

Hal ini disampaikan Wakil Presiden HM Yusuf Kalla dalam dialog dengan Dewan Pengurus LDII di kediaman resmi Wapres Jl.Diponegoro No.2 Jakarta, Jumat (9/3/2007).

Kesungguhan, ketelitian serta ketekunan secara berkesinambungan dalam mendalami agama Islam dengan mengkaji makna dan pengertian dari ayat per ayat al-quran atau butiran demi butiran hadis, melalui arti kata demi kata serta menyimpan pengertian - pengertian yang diperolehnya dalam memori ingatan kita, maka dengan sendirinya kita akan kaya dengan kazanah, wawasan ilmu agama yang semakin lama semakin luas, sehingga akan terbentuklah gambaran Islam secara utuh, total.

Hal ini merupakan sebagian modal untuk memperoleh kembali pengertian yang utuh mengenai agama Islam sesuai dengan hukum syariatnya.

Dengan analogi kerangka berpikir (yang logis) seperti di atas, maka untuk mencari kejelasan aplikasi/penerapan hadis Abu Dawud no.2880 tersebut, perlu dicari dukungan atau hubungan dengan dalil naqli yang otentisitasnya lebih tinggi yaitu KItab Suci al-Quran.

QS.Saba'(34)

37.Dan bukanlah hartamu dan juga bukanlah anak2 mu yang akan bisa mendekatkan dirimu pada suatu kedudukan /pangkat di sisi kami(Alloh), kecuali orang yang beriman dan beramal solih,(khusus bagi orang iman dan amal solih, maka harta dan anak2nya bisa mendekatkan/berpengaruh baik terhadap kedudukan orang tuanya yang sudah meninggal). Semuanya itulah pembalasan yang dilipatkan sebab apapun yang telah meraka amalkan dan mereka di dalam panggung yang aman(di surga).

38.Dan orang-orang yang berusaha melemahkan ayat kami(Alloh) (dengan tafsirannya sendiri, mendebat mengalahkan kemurnian kandungan ayat al-quran), mereka itu lah yang akan didatangkan kepada siksaan.

QS.Ali Imron(3):10

Sesungguhnya orang yang tidak percaya, harta maupun anak mereka tidak bisa sedikitpun menolak siksaan dari Alloh, dan merekalah sebagai bahan bakarnya api neraka.

QS.As-Syu'aro'(26)

88.(Hari kebangkitan/qiyamat) adalah hari/saat di mana anak dan harta tidak memberi manfaat (harta dan anak /ahli waris yang ditinggalkan tidak ada gunanya).

89.Kecuali orang yang datang kepada Alloh (meninggal dunia dipanggil Alloh) dengan hati yang menyerah (Islam/Iman)

QS.Fathir(35):18" Dan tidaklah bisa seseorang akan menanggung beban (tanggungan/dosa ) orang lain, dan jika seseorang diseru untuk menanggung beban dosa orang lain yang berat dosanya, maka tidak akan bisa ditanggung sedikit saja, meskipun yang menyeru itu adalah kerabatnya sendiri (anak ,orang tua, suami, istri dll)…..al-ayat"

Dari beberapa uraian di atas maka dapat diambil beberapa pengertian:

Nasib seseorang kelak di hari qiyamat/di sisi Alloh SWT adalah hanya tergantung pada individu/pribadi orang itu sendiri sebelum meninggal dunia.

Sedang pemberlakuan hadis Abu Dawud tentang 3 perkara di bagian atas tulisan ini, hanya sebagai tambahan, setelah syarat yang pertama terpenuhi yaitu selama hidup sampai meninggalnya orang tersebut betul-betul sudah beriman/Islam=menyerah kepada Alloh SWT.

Pengertian QS.At-Thur (52):21 bahwa Orang yang beriman dan diikuti oleh anak turunnya yang juga beriman, maka Alloh akan mempertemukan pada derajat yang sama, (bahkan bisa mengikuti derajat anaknya yang lebih tinggi), dan Alloh tidak mengurangi derajat amalan salah satu di antara mereka. Dari semua pengamalan seseorang, maka diri orang yang beramal itulah yang akan menjadi tebusannya.

Dengan hanya mengandalkan tiga perkara, amal/sodakoh jariah, ilmu yang diambil manfaatnya, serta anak solih yang mendoakan, namun kalau hakikatnya seseorang itu belum Iman /Islam (sesuai dengan ukuran syari'at/ketentuan dari Alloh), maka penjabaran firman Alloh SWT di atas semoga dapat memberi gambaran yang jelas.

Syarat berikutnya, agar doa sang anak bisa sampai kepada orang tua yang beriman, maka dari penelitian ayat-ayat al-Quran di temukan bahwa, anak tersebut juga anak yang sholih.

Tentu saja kriteria kesholihannya menurut ukuran standart dari Dzat yang mengabulkan / menyampaikan doa kepada alamat tujuan. Bukan lain hanyalah Alloh SWT.

QS.Ali Imron(3):113-114 = Tidaklah sama (di antara mereka) orang ahli kitab ada umat yang menetapi /konsekwen, mereka membaca kitab pada waktu malam(termasuk waktu yang lain), dan mereka bersujud (mengerjakan solat). Mereka beriman pada Alloh, serta hari akhirat, mereka memerintah kepada kebaikan mencegah yang mungkar, mereka berlomba-lomba/cepat-cepat dalam melakukan kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang sholih.

Sedangkan penjelasan Rosululloh SAW yang merupakan tafsiran dari ayat di atas ditemukan dalam al hadis Sunan Abu Dawud Juz 1 no.hadis 1453 bahwa" barang siapa yang membaca al-quran dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya (karena paham dan yakin maksudnya) , maka ke dua orang tuanya di hari qiyamat akan diberi mahkota, yang mana sinarnya lebih baik/terang dari pada sinarnya matahari di rumah dunia, seandainya(mahkota itu ) ada di kalangan kamu sekalian. Maka bagaimana persangkaan kamu terhadap orang yang mengamalkan al-Quran itu sendiri?"

Hadis tentang anak solih yang memintakan ampunan bagi ke dua orang tua (yang juga solih) dapat ditemukan dalam himpunan hadis ahkam hal.19/Riwayat Ahmad Juz 4 hal/no.hadis 242 sabda Rosululloh SAW " Sesungguhnya Alloh SWT niscaya mengangkat derajatnya hamba yang solih di surga. Hamba tersebut lalu (merasa heran karena sadar kenaikan derajatnya bukan atas amalannya sendiri) lalu berkata "wahai tuhanku bagaimana ini bagi saya (derajatnya naik)? Alloh menjawab "karena permohonan ampunan dari anakmu untukmu"

Dari beberapa ayat di atas juga dipadukan dengan al-hadis, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud orang yang solih menurut Alloh adalah orang yang membaca kitab al-Quran /paham maksudnya dan mau mengamalkan secara murni dan konsekwen. Dengan keimanan/kesolihan yang sama antara orang tua dengan anaknya, maka orang tuanya secara automatis akan diberi bonus tambahan berupa mahkota kehormatan di hari qiyamat.

Aabila orang tua yang solih/beriman bisa memiliki anak yang juga solih /beriman, yang paham agama, pandai membaca al-quran, mengerti arti yang dibacanya sehingga bisa mengamalkan secara murni dan konsekwen, mau dan mampu amar makruf nahi mungkar/berdakwah, maka sungguh suatu kehormatan, kemulyaan yang sejati yang dapat dibanggakan di hadapan Alloh kelak.

Menurut hukum Alloh sesuai uraian beberapa dalil al-quran dan al-hadis di atas maka Doa Anak Solih sebagai salah satu dari amalan yang terus mengalir/amal jariah insyaAlloh akan terkabul. Amin.


5 (gangsal) tahapan Gesang

Lan podo ilingno, sebab sak temene peringatan(perkeleng) iku manfaat kanggo wong kang podo percoyo”QS adh-Dharit (51);55

Kito supados enget wewarah “mulad saliro hangroso wani”, eleng sangkan paraning dumadi sadar , mawas diri/introspeksi ugi enget asal usul kito saking pundi lan enjengipun badi dateng pundi.

Kito samangke, ing ngarcopodo / alam donya meniko nembe wonten ing tahap kaping 3 (tigo) saking 5(gangsal) tahapan gesang manungso.

TAHAP I.ALAM ARWAH.

Sakatiko ndamel Nabi Adam AS kanthi astanipun, satemah Alloh SWT kerso ngusap gegeripun Nabi Adam. Dumadakan medal sedoyo arwah ingkang minongko cikal bakaling jalmo manungso saking jaman Nabi Adam ngantos pungkasaning manungso dinten qiyamat. Alloh SWT dawuh “Engsun gawe roh-roh iki kanggo ahli suargo, lan kanti amalan ahli suargo wong-wong iki podo iso nglakoni”. Alloh ngusap maleh ingkang kapindo ugi medal sedoyo arwah, Alloh dawuh “Engsun gawe roh-roh iki kanggo ahli neroko, lan kanti amalan ahli neroko wong-wong iki podo nglakoni”. Rikanten Rosululloh SAW ngendikaaken bab mekaten tumunten wonten tiang ingkang matur “ kangge menopo malih ngamal toh kito bade mlebet suargo menopo neroko sampun wonten taqdiripun”.

Rosululloh ningkasaken kanti ngendiko” naliko Alloh SWT ndadekake kawulane kanggo ahli suargo, wong mau ditaqdirake ndilalah urip sepisan ing donya iso ngamalake lakon lakone ahli suargo, nganti matine kanti amalan iku lan mlebu suargo yo sebab amalane wong mau, semono ugo naliko ndadekake kawulane kanggo ahli neroko, wong mau ditaqdirake ndilalah urip sepisan ing donya ngamalake lakon lakone ahli neroko (ora iso/ora mampu ngamalake lakone ahli suargo), nganti matine kanti amalan iku lan mlebu neroko yo sebab tumindake dewe wong mau. Dawuh Rosululloh mekaten saged dipun pirsani piyambak ing hadis Sunan Abu Dawud Kitabussunah jus 2-529 utawi ing himpunan hadis kitab ahkam hal.5-7.


TAHAP II. ALAM ROKHIM /KANDUNGAN.

Papan ing alam donnya meniko ciut, sahinggo Alloh SWT ndadosaken manungso (kanti cikal bakal ruh ingkang sampun kacawisaken) kanti gilir gumanti mboten secoro sesarengan, Saking jaman Nabi Adam AS seperangan lahir saperangan malih kapundut , mekaten sak lajengipun ngantos persediaan roh meniko telas sak derengipun dinten qiyamat. Tumurunipun saking alam roh dateng alam donya meniko lumantar rumaketing kakung lan setri ing bale wisma. Wondene prosesipun ing kandutan ibu sekedik mboko sekedik saged dipun pirsani ing Kitab Suci Al-Qur’an Surat al-Haji (22): 5. Wonten alam kandungan meniko dangunipun nyumanggaaken ingkang murbo ing dumadi Alloh SWT QS.Ali Imron(3);6.Alloh SWT ingkang nyampurnaaken manungso saking roh dados jalmo menungso, kados pundi rupanipun lan sepinten dangunipun ngantos lahir ing alam dunyo.

Namung Nabi Adam AS ingkang mboten lumantar kandutan ibu awit Alloh SWT piyambak ingkang nggraito ngagem astanipun (Kitab Badaul Kholqi Adam) lan namung Nabi Isa AS ingkang mboten kagungan bapak awit Alloh SWT kerso nyebulaken roh tumuju ing rahimipun Ibu Maryam.


TAHAP III. ALAM DUNIA.

Tahap kaping tigo ingkang minongko penentu tumrap kaleh tahap salajengipun.(menawi mirsani jari asto meniko ingkang jari tengah paling inggil/menonjol). Benjengipun wonten alam kubur soho alam akhirat manungso bade gesang bejo, mulyo, sesuko menopo bade gesang ino, ciloko, popo lan cintroko gumantung kados pundi manungso gesang ing alam dunya niki. Sedoyo akal , usaha, rekodoyo sak uba rampene kangge panjongko gesang sekeco ing akherat mangke sagetipun injih naming dipun tindaki wonten ing donya sak niki. Alloh SWT ingkang adamel jagad sak isinipun sampun paring dateng sedoyo jalmo manungso arupi akal/angen-angen, netro soho talingan. Menawi manungso purun ngginaaken kanti prasojo lan temen yekti saged paham menopo kersanipun ingkang Maha kuwaos. Kosok wangsulipun menawi mbonten purun ngginaaken peparingipun akal padang, netro soho talingan tundonipun bade ciloko.” Yekti temen Engsun Alloh ndadekake okeh-okehe / mayoritas/umume seko jin lan manungso kanggo ngebaki jahanam, yoiku wong kang diparingi ati ora dianggo angen-angen lan mahami, duwi mripat ora dinggo ningali, duwe kuping ora kanggo ngrungoake/ngudi (maring barang hak), makhluk kang koyo mengkono koyo ora bedo karo sato kewan, keporo luwih ino. Mengkono iku makhluk kang podo lali / ketungkul / kelendran” QS al-A’rof (7):179.

Bp Ibu soho poro sedulur kulo, ing mongko kito gesang sepindah ing alam donya meniko menawi kaparingan umur 100 tahun meniko namung sami kalihan 1/10 dinten akhirat” wong-wong podo kesusu kepingin sikso , kamongko Alloh SWT ora bakal nyulayani janji, sak temene sak dino ing ngarsane pengeranmu (akhirat) iku koyo dene sewu tahun kang siro kabeh etung-etung (dunyo)” QS al-Haji (22);47.

Menawi kito purun pasrah , menyerah nindaki lakon lakon ahli suargo ingkang sampun sinerat ing kitab suci wahyu Alloh SWT ngantos kito tinimbalan wangsul ing alam kubur kito tetep istiqomah (netepi lan konsekuen), ateges kito ing alam arwah rumiyin kalebet usapan Alloh ingkang sepisan, minongko calon ahli suargo. Manungso meniko wayang ibaratipun wonten dalang ingkang nglampahaken. Kosok wangsulipun menawi kito kaparingan umur ngantos telas jatahipun kapundut sawanci-wanci ananging dereng/mboten purun pasrah, longgar manahipun kangge nglampahi lakon-lakonipun ahli suargo ingkang sampun gamblang kinandut ing dawuh Alloh, ateges taqdiripun kito rumiyin teng alam arwah kalebet usapan kaping kalih minongko calon penghuni neraka. Na’udhubillah min dhalik, meniko rahasia taqdir Alloh SWT.

Bade alasan kados pundi kemawon ing akhirat boten bade wonten manfaatipun, amargi sedangunipun gesang ing donya sampun kaparingan bekal arupi angen-angen/akal padang, netro, talingan soho sampun pinaringan wedal / kesempatan .”Mongko ing dino iku (akherat) kanggo wong kang dholim (njarak/nekat/ngremehake/nggampangke) alasan opo wae ora iso migunani maneh, lan wong-wong iku wis ora diparingi wektu (kanggo bertaubat) maneh “QS.Ar-Rum(30);57.

Ingkang saget alasan wonten ing akhirat kanti sebab-sebab ingkang tertentu sahinggo mboten saged ngamalaken lakonipun ahli suargo lan kanthi sifat Maha Welas Alloh SWT kerso nampi alasanipun kanthi paring kemurahan /dispensasi, namung wonten 4(sekawan ) golongan (Kitab Jannah wan Nar). Ing mongko kulo, Bp, Ibu soho para sedulur sedoyo , menopo kalebet 4 (sekawan) golongan ingkang pikantuk ruhsoh/kemurahan dipun tamoi alasanipun. Monggo dipun presani klik mriki


TAHAP IV. ALAM QUBUR.

Sasampunipun manungso nalasaken jatah umur piyambak 2 , cepat utawi lambat sawanci-wanci temtu tinimbalan wangsul dateng ngarsanipun ingkang akaryo jagad saperlu mempertanggungjawabkan amalanipun. Lumebet ing alam kubur sedoyo jalmo manungso ingkang sampun mawujud kunarpo/mayit temtu bade manggihi perkawis ingkang awrat. Dipun tilar piyambak ing lebeting siti pasarean kanti tasih kapireng deneng mayit suanten kresek-kresek sandalipun para takziah. Dumadakaan wonten kalih malaikat ndatengi mayit sewau, nunten kekalih malaikat wau ndangu keng mayit supados lenggah. Mayit dipun tangleti ”opo penemumu marang wong iki (Nabi Muhammad SAW)” menawi tiyang iman /pitados dados tiyang islam/menyerah estu nderek dateng tuntunan(sunah) kanthi ngamalaken/nggatosaken tilaranipun Rosulullph SAW (al-Qur’an lan al-Hadis) temtu saged matur” tiyang meniko kawulo lan utusan AllohSWT “.

Mayit ingkang saged njawab kanthi leres wau nunten dipun dawuhi” kae deloken papanmu ing neroko, nanging temen Alloh SWT wis ngganti kanthi papan kang luwih apik(suargo)” Mayit wau saged ningali kalih-kalihipun papan wau (suargo-neroko).

Ananging mayit ingkang mboten pitados/ mlengos utawi tiyang ingkang ngakunipun iman/islam namung dumugi lamis/lahir sahinggo amalanipun mboten cocok kalihan conto tulodho saking Rosululloh SAW, rikanten dipun dangu malaikat aturipun”kulo mboten ngertos tiyang meniko, kulo namung ngucap/ngamal kados pundi ucapanipun tiyang-tiyang” Malaikat dawuh”kowe ora ngerti, kowe ora arep-arep/ ora moco” tumunten mayit wau dipun gebuk ing antawisipun kalih talingan(ing bathuk) kanti sak gebukan. Satemah njalari mayit wau mbengok njerit ngantos kapireng dene makhluk sanesipun kalih golongan(jin lan manungso)al-hadis riwayat Nasai Kitabul Janaiz hal.34.

Menawi ing kubur mayit sampun dipun piloro ateges alamat/pertanda wonten akherat bade sakalangkung sengsoro kanthi mboten saged dipun gambaraken malih, kosok wangsulipun menawi ing pasarean/kubur mayit saged sare sekeco saged ningali papanipun binjing ing suargo ateges panci calon ahli suargo. Wondene dangunipun mayit wonten alam kubur meniko ngantos prosesi dinten qiyamat/rusakipun bumi langit sak isinipun sedoyo alam semesta ,titiwancinipun Alloh SWT bade nggantos alam.


TAHAP V. ALAM AKHIRAT.

Alam ingkang pungkasan (muara terakhir), alam kalanggeng, mboten wonten malih alam saklajengipun.

Namung wonten kalih papan swargo utawi neroko, kathah tiyang sami getun kanti sak kalangkung nelongso. Antawisipun tiyang ingkang sejatosipun wedal teng alam dunyo meniko saged/sempat menawi bade mendalami ilmu agami(mengkaji), ananging ketungkul (Riwayat Ibnu ‘Asakir), sahinggo amalanipun namung nderek kados pocapaning tiyang/nderek umumipun tiyang ibadah. Mboten cocok kalihan conto tulodho saking Rosululloh SAW.

Ugi wonten tiyang mlebet teng neroko sa’ir sambat” umpomo aku mbiyen (nong donya) gelemo ngrungoake lan gelemo mikir nganggo akal padang, mesti wae aku ora manggon ing neroko sa’ir iki”QS.al-Mulk (67);10. Langkung getun lan jengkelipun mboten kantenan injih (tiyang islam) ingkang ibadahipun namung nggantungaken /manut dateng tiyang sanes mboten purun neliti/ngecek mbuka al-Qur’an al-hadis, sami sambat ” Mbok yo aku mbiyen manuto Alloh SWT lan utusane. Ya Alloh kulo rumiyin namung ngibadah manut nderek dateng poro pimpinan lan penggedi(ulama, kiyai) ananging kasunyatanipun poro ulama kiyai wau somo nyasaraken dateng kulo, pramilo Ya Alloh mugi panjenenganparing siksa ingkan tikel matikel dateng ulama kiyai kulo lan mugi panjenengan paringi laknat ingkang ageng” QS.al-Akhzab(33);66-68.

Meniko akibatipun tiyang ingkang mboten/dereng uningo dateng syariat agami islam ingkang hak tersurat lan tersirat kinandung ing kitabillah Al-Qur’an soho al-hadis. Sahinggo amal ibadahipun namung nderek dateng tiyang ingkang sampun kalajeng pinitados dating ulama, kiyai ingkang kawawas pono babagan agami,) ananging sejatosipun seperangan pangandikan soho amalanipun kebak kalihan akal-akalan, hawa nafsu, pengaruh kepentingan politik sesaat, penemu saking kitab-kitab ingkang boten jelas jluntrungipun mboten saged dipun pertanggungjawabkan.

Ing mongko Bp Ibu lan poro sedulur,

menawi sampun kalajeng katimbalan sowan ing ngarsanipun Alloh, kagunganipun bondo lan peputra mboten saget caos manfaat pitulungan. Sepinten kathahipun bondo donya soho inggilipun pangkat kadonyan poro putro, mboten saged nylametaken saking neroko tumuju tumpunten lumebet swargo, kejawi kanti syarat rikanten gesangipun tiyang meniko sampun estu iman/pitados soho islam menyerah dateng Alloh SWT lan rosulipun.

QS.as-Su’aro(26);88-89. Panyuwunan doa pangapunten saking putro, kalebet amal jariyah, soho ilmu ingkang miguno meniko saged caos manfaat dateng tiyang sepuh kanti syarat antawis putra lan tiyang sepuh ingkang sampun kapundut meniko sami-sami se-iman-islam, keporo antawis putra lan bopo saged dipun panggihaken ing setunggal drajat ingkang sami ing swargo kanti mboten ngirangi drajat antawis setunggal lan setunggalipun, al-ayah.QS.at-Thur(52);21.

Ananging menawi ngantos dumugi tinimbalan sawanci-wanci tiyang dereng estu iman islam/dereng menyerah ngabulaken dawuh Alloh SWT lan Rosululloh SAW, wonten akhirat bade dipun sikso, boten saged alasan maleh, boten saged nebus sikso wau sinaosa kanthi gadahanipun emas sak agenging bumi, al-ayah(QS Ali Imron(3):91.

Mekaten menggah 5(gangsal) tahapan gesanging manungso, mugi andadosno kauningan.

Sepindah malih kagem Bp Ibu lan poro sedulur supados dipun renungkan kanthi weninging penggalih, enggal nyuwun pituduh dateng Alloh SWT, mumpung tasih wonten wedal, dereng telat. Sedoyo lepat nyuwun agunging pangapunten.


Wonten mapinten pinten perkawis minongko bahan pertimbangan:

  1. Nyuwun dateng Alloh SWT supados dipun paringi kesabaran( ketabahan, keberanian) kangge netepi keimanan, dipun paringi tatag manahipun nindaaken ibadah ingkang trep cocok dateng tulodho Nabi Muhammad SAW.

  2. Enggal-enggal mundut pirso babagan amaliah ibadah (wudhu, sholat,…lsp) dateng tiyang ingkang kawawas pono, paham secara dasaring ilmu agami islam al-Quran lan al-hadis, kanthi saged mbuktiaken dalil/acuan secara fakta soho data otentik.

  3. Supados bersyukur lan berbesar hati, pemerintah RI kanthi UUD 1945 pasal 29 ayat 2 sampun paring jaminan kebebasan dateng sedoyo warga negara kangge memeluk agama lan beribadah (beramal) menurut agami soho kapitadosan piyambak 2

  4. Supados kagungan prinsip (pendirian) miderek kabeneran saking pangertosan /hikmah al-Quran al-hadis demi keselamatan diri pribadi lan keluargi, mboten ugeripun ingkang umum. Keporo Alloh SWT ngengetaken bilih menawi ibadah nderek umumipun yekti bade kesasar, sebab umumipun panci mboten sami mangertosi agami ingkang leres. Monggo dipun bika QS.Al-An’am (6);116.

  5. Supados trampil membawa diri wonten madyaning masyarakat, sopan santun nglembah manah netepi sifatipun tiyang iman akhlaqul karimah, budi pekerti luhur. menghormati, menghargai, ningkataken toleransi dateng pemanggeh tiyang sanes ingkang benten kapitadosanipun.

  6. Menghormati dateng tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat/tradisi, ugi menghormati kegiatan tradisi/adat istiadat, kebudayaan saking nenek moyang ingkang sampun turun maturun ing masyarakat.

  7. Kanthi kito tansah menghormari dateng tiyang sanes, kito supados yakin sampun ragu-ragu/mamang, menawi kito gadah keputusan ingkang benten temtu tiyang sanes ugi tetep bade menghormati keputusan kito. Menawi kito mboten salah, mboten wonten malih ingkang kito ajrihi kejawi namung dateng Gusti Alloh SWT.

  8. Supados enget peringatan Alloh SWT ing QS al-Hujrot(49); ayat 6 “ Hei wong kang iman/percoyo , menowo ono wong fasik (metu seko taat Alloh lan rosul) teko ing siro kabeh kanthi nggowo carito, mulo podo goleko penjelasan (konfirmasi/ditanjakke) disik, supoyo siro ora gampang nuduh/ndakwo salah sijineng golongan/kelompok kanthi coro jahiliyah / bodho (melu-melu) kang kanthi tumindakmu dewe kang koyo mangkono , ing tembe mburi (akhirot) siro kabeh podo getun”.

  9. Kadonyan meniko minongko jembatan dateng kaberhasilaning akhirat. Bondo, pangkat, kasugihan minongko sarana/kendaraan, wondene ibadah/agami minongko margi. Gesang kanthi sedoyo peparingipun Gusti Alloh arupi bondo, pangkat, kasugihan sewau saget murakabi, barokah manfaat mendukung tumuju dateng kabegjan gesang kito ing akhirat menawi kito estu paham lan nglampahi syariat (tatacara,jalan) ibadah ingkang leres.

  10. Supados yakin/pitados dateng al-Qur’an, bilih menawi kito istiqomah (konsekwen) netepi, nglampahi dawuh Alloh SWT, sawanci-wanci malaikat tumurun bade njabut nyowo kito, malaikat dawuh”siro ojo wedi, ajo susah, keporo siro bebungaho kanti suargo kang wis dijanjeake” lan Alloh SWT tansah ndampingi, mbiyantu dateng tiyang ingkang istiqomah, dawuhipun ”Engsun (Alloh) kekasih siro kabeh ing donya lan ing akhirat. Lan ing suargo (bakal keturutan) opo kang siro pengini lan opo kang siro jaluk” nyuwun tulung dipun bukak/cek QS Fushilat(41)30-31

Pringwulung, 20 Juli 2007



Hari Wuryanto

Saturday, March 22, 2008

Surga dan Neraka, di manakah keberadaanya?

Ya, pertanyaan untuk kita renungkan,

Sering kita dengar orang mengucapkan kata surga, demikian juga neraka, di mana saja, siapapun juga, bahkan di dalam film-film barat sekalipun, Eropa, Amerika dll. Seorang aktor mengucapkan “go to hell” sebagai ungkapan rasa kesal/marah kepada musuhnya dalam peranannya di film itu. Orang Christiani juga mengenal istilah “Bapa yang ada di surga”. Sedangkan Gun And Roses mendendangkan “ Knockin’on Heaven’s Door”

Dalam budaya Jawa, salah satu suku terbesar di Indonesia juga biasa disebutkan. Biasanya untuk menyebut nama orang yang sudah meninggal dunia. Sebagai contoh jenate Sukarjo, jenate Mariam, kata jenate berasal dari bahasa Arab “janati” yang berarti surga, itu kalau yang meninggal orang biasa.

Tapi kalau yang meninggal orang yang lebih terhormat (paling tidak menurut mereka) maka sebutannya memnggunakan tingkatan bahasa halus tingkat tinggi “kromo inggil” contoh : Raden Mangun suwargi, Eyang Kakung suwargi, kata suwargi ini juga bahasa halusnya suwargo=surga.

Orang yang masih hidup memanggil nama seperti itu dengan harapan yang meninggal dunia tersebut bisa masuk ke surga. Ucapan surga atau neraka diucapkan seakan-akan seperti di bawah alam sadar mereka.

Kalau kita sedikit kritis sebenarnya surga dan neraka itu bendanya seperti apa, atau asal kita percaya tanpa mencari jalan untuk lebih bisa membayangkan dan menghayati?

Kalau dibuka di dalam himpunan al-hadis sohih Kitabu Sifatil Janati wa Nar yang di cetak oleh L D I I (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) hal.22-23 yang merupakan himpunan hadis tentang surga dan neraka disalin dari berbagai hadis sohih, menurut sohabatnya Abu Ghuroiroh Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa :

“ Seketika setelah menciptakan surga dan neraka, Alloh SWT mengutus Malaikat Jibril “ Lihatlah kepada surga dan juga lihatlah apa yang aku sediakan untuk penghuni surga”. Maka kemudian Jibril datang menuju surga dan melihat kepada apa yang telah Alloh SWT sediakan untuk penghuninya. Nabi melanjutkan sabdanya, kemudian Jibril menghadap Alloh SWT Demi kemulyaanmu Ya Alloh tak ada seorangpun yang mendengar surga kecuali pasti ingin masuk ke dalamnya”

Setelah mendengar laporan Malaikat Jibril demikian maka Alloh memererintahkan agar surga dipagari dengan kebencian/ha-hal yang tidak menyenangkan.

Alloh SWT berfirma “ kembalilah menuju surga dan lihatlah apa yang Aku sediakan di dalam surga untuk penghuni”. Jibril kemudian kembali ke surga maka ketika itu surga sudah betul-betul dipagari dengan kebencian, kemudian menghadap Alloh SWT Demi kemulyaanmu sungguh aku kawatir tak ada seorangpun yang bisa/mampu masuk surga.

Kemudian Alloh SWT berfirman” Pergilah ke neraka dan lihatlah apa yang Aku sediakan di dalamnya untuk penghuninya” Jibril berangkat menuju neraka, ketika itu api menyala sebagian dengan sebagian yang lain saling berkobar, menjilat/membumbung tinggi.

Jibril Menghadap Alloh SWT “ Demi kemulyaanmu tidak seorangpun yang mendengar neraka maka dia ingin memasukinya” . Alloh SWT memerintah untuk memagari neraka tersebut dengan kesenangan/hal-hal yang meggiurkan.

Kembalilah menuju ke neraka” . Setelah Jibril menuju ke neraka untuk melihatnya maka kemudian kembali mengahadap Alloh SWT Demi kemulyaamu sungguh saya kawatir sekarang bahwa tidak ada seorangpun yang bisa selamat selain masuk neraka”

Ulasan:

Ø Mengamati hadis Sabda Nabi Muhammad SAW di atas berarti sekarang ini, belum kiyamat tapi surga dan neraka sudah ada/sudah diciptakan.

Ø Dua tempat , surga dan neraka yang sifat keadaannya sangat jauh berbeda , surga yang sebenarnya merupakan tempat tinggal yang menyenangkan di akhirat nanti tetapi akhirnya dipagari dengan hal yang membencikan/tidak menyenangkan. Sedangkan neraka yang merupakan tempat segala penderitaan, penyiksaan tetapi dipagari dengan hal yang menyenangkan/menggiurkan.

Ø Apa dan bagaimana penjabaran yang lebih luas, lebih mendalam kiranya mari kita renungkan dan hayati bersama.

Ø Bagaimana menurut saudara, sidang pembaca yang saya hormati?, ada yang memberikan saran, ulasan, komentar, Kami sangat bersyukur bila media ini bisa sebagai wahana tukar pengalaman. Kami tunggu…..wa salam

Kami sangat mengharapkan sambutan, tanggapan terhadap ulasan materi terjemahan hadis-hadis yang sepertinya jarang dijumpai di media umun baik media cetak, buku-buku agama Islam, artikel di majalah, Koran, brosur maupun media elektronik TV, radio,ceramah umum, forum-forum, internet dll.

Mohon silahkan kunjungi www.forumqhita.blogspot.com

Menelusuri Petunjuk

MENELUSURI PETUNJUK

Oleh : Hari Wuryanto,

Majlis taklim Masjid Al Jami’in Pringwulung, Kradenan, Srumbung, Magelang

Hidayah/Al-Huda (Bhs. Arab) adalah isim ma’rifat (kata benda) artinya petunjuk, arahan. Sedangkan kata perintahnya (fiil amr) ihdi = tunjukanlah. Kalimat ihdinas-shirotul mustaqim terdapat pada surat Al-Fatihah (1); 6-7 “(wahaiAlloh) tunjukkanlah kami ke jalan yang benar/lurus, (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Kau beri nikmat kepada mereka, bukannya jalan orang-orang yang dimurkai atas mereka dan orang-orang yang disesatkan”

Apabila dalam 24 jam orang Islam melaksanakan shalat wajib 5 waktu maka berarti memanjatkan doa mohon petunjuk kepada Allah SWT sebanyak 17 kali. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kekhusuan dalam shalat adalah dengan cara mengerti dan memahami makna setiap kalimat dalam bacaan shalat.

Lalu seperti apa petunjuk jalan yang benar sebagaimana permohonan yang selalu kita ulang-ulang dalam Al-Fatihah?

Rasulullah SAW sebagai pengemban tugas membawa ajaran, risalah dari Allah SWT memberikan kepada kita pengertian hidayah/petunjuk sebagaimana dalam riwayat Sunan Ibnu Majah No. Hadist 11 Juz 1 hal 6 Mukodimah: ” dari Jabir bin Abdillah berkata, ketika kami disisi Nabi Muhammad SAW, beliau membuat satu buah garis, kemudian membuat dua buah garis di sebelah kanannya dan juga membuat dua buah garis disebelah kirinya. Setelah itu Nabi meletakkan tangannya pada garis yang di tengah(yang pertama) seraya bersabda “ini adalah sabilillah/jalan Allah” kemudian Nabi membaca (firman Allah):”dan sesungguhnya ini (Al-Qur’an) adalah jalan Ku yang benar/lurus, maka ikutilah jalan itu dan janganlah kalian bercerai berai jauh dari jalan Allah. (Surat Al-Anam (6);153.

Dari redaksi hadist di atas gambaran tentang hidayah cukup memberikan titik terang kepada kita, bahwa tidak diingkari dan ini realita ada beberapa jalan/cara manusia mempunyai persepsi, penafsiran, sikap, amaliah peribadatan bermacam-macam, sedangkan Rasulullah SAW menunjuk salah satu garis dan berwasiat sesuai ayat tersebut, agar kita menetapi jalan sesuai Al-Qur’an, dan dihindarkan tidak tercerai berai. Seseorang yang telah ditunjukkan kepada hidayah Alloh, mempunyai ciri-ciri sebagaimana pada Surat Al-An’am(6):125 ” Maka barang siapa yang Alloh kehendaki mendapat petunjuk, Alloh melapangkan hati orang itu terhadap Islam (bisa menerima),dengan senang hati dan barang siapa yang Alloh kehendaki disesatkan maka Alloh SWT menjadikan hati orang itu sempit, berat seakan-akan mau naik kelangit (hingga tidak mampu menerima Islam)… “ Al-Ayat. Seseorang yang sebelumnya buta, awam terhadap agam Islam ,bisa saja pada waktu berikutnya menjadi orang alim, dengan kwalitas iman yang baik kalau memang Alloh menghendaki. Sebagaimana Rosululloh SAW sendiri dalam Surat Adh-dhukha (93):7 “Dan (Alloh) mendapati kau(Muhammad) dalam keadaan sesat kemudian Alloh menunjukkan” .

Alloh SWt memberi petunjuk hidayah kepada hambanya melalaluiperantara, sedangkan nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul diturunkan wahyu Al-Qur’an melalui perantara malaikat Jibril. Seseorang mendapat hidayah pada hakikatnya bukan tergantung kepada kepiawaian mendendangkan ayat Al-Qur’an, atau kepandaian mengupas tafsir Al-Hadist, atau bagusnya metode dakwah dari penyampai ajaran agama, namun semata-mata atas pemberian Allah SWT.

Sebagaimana kisah Abu Tholib paman tercinta Rasulullah SAW, ketika akan wafat rasulullah mendatangi, ternyata di samping Abu Tholib suda ada Abu Jahal dan Abdullah Bin Umayah, keduanya ini kafir musrik. Nabi memohon kepada pamannya ” wahai paman, katakanlah Laa ilaha illalloh nanti akan aku bela dihadapan Alloh”, namun Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah juga berusaha mempertahankan pendirian Abu tholin “ Apakah kau sudah benci pada agama Abdul Mutholib” (kalau masuk Islam)”

Nabipun tiada henti-hentinya merayu pamannya, cukup dengan ucapan kalimat tauhid pada penghujung hidupnya, namun toh akhirnya Abu Tholib menutup usianya dengan ucapan pengakuan kepada agama nenk moyangnya (musrik) menolak untuk mengakui Islam/menyembah Tuhan Allah SWT.

Kisah inilah yang melatarbelakngi turunnya Surah Al-Qosos ((28); 56) (menjadi asbabu nuzul) “Sesungguhnya kau (Muhammad) tidak bisa menunjukkan (memberi hidayah) pada orang yang kau cintai, tetapi Alloh memberi hidayah pada orang yang dikehendaki.” Dari cerita yang bisa dilihat pada hadis Shohih Bukhori jilid 6 hal. 17-18 bab …….. tafsir Al-Qur’an tersebut, dapat diamati betapa cinta Nabi kepada pamannya, yang merawat sejak usia remaja (8 tahun), yang membela Nabi tatkala mendapat ancaman pembunuhan dari kaum kafir, apa alasan Abu Tholin sehingga enolak ajakan Nabi, paahal yang berdakwah, adalah seorang utusan Alloh yang langsung mendapat wahyu. Mungkinkah karena menjaga gengsi di hadapan tokoh masyarakat musrik pada waktu itu. Allohualam.

Untuk menyibak tabir rahasia di balik pemberian hidayah Alloh pada seorang hamb, salah satunya terdapat pada surat An-Nisa (4); 69” dan barang siapa yang taat pada Allh dan rasul, maka mereka itulah beserta orang-orang yang telah Alloh beri nikmat padanya diantaranya para Nabi, dan orang-orang sidiq, dan orang mati sahid, dan orang-orang solih. Mereka itulah sebaik-baik teman/golongan”.

Ayat ini ada relevansi/qorinah dengan permohobab agar diberi hidayah dalam Al-fatikhah.

Dari firman Alloh tersebut berarti orang yang ingin digolongkan dapat hidayah diawali dari diri sendiri, ibda’binafsihi, memulai niat yang kuat, siap untuk mentaati perintah Alloh dalam Al-Quran dan sunah/tuntunan rasul dalam Al-hadist sehingga doa kita Ihdonassihirotol mustaqim, sangat mungkin terkabul.


Penulis adalah :

- Pengasuh Majlis taklim Masjid Al Jami’in dsn. Pringwulung, Kradenan, Srumbung, Magelang

- Pengajar Privat Makna Al-Qur’an dan Al-Hadist

- No. HP. 081904129167

Merumuskan Tujuan Ibadah










Berikut saya tayangkan kembali agar lebih jelas, artikel

Merumuskan Tujuan Ibadah”

Hari Wuryanto, Majlis Taklim Masjid al-Jami'in Pringwulung , Kradenan, Srumbung, Magelang

Sebelum seseorang melakukan perjalanan panjang, maka yang pertama dilakukan adalah merumuskan bebarapa faktor yang antara lain : tujuan, jalan, sarana/fasilitas, dan bahan bakar. Ke empat faktor tersebut merupaka cara berpikir yang logis , rasional , namun juga tepat untuk diaplikasikan dalam konteks ibadah kita.

Pertama: Faktor Tujuan.

Dengan mempunyai tujuan yang jelas, maka akan timbul motifasi yang tinggi dan menumbnuhkan dorongan dalam jiwa. Sebaliknya tanpa tujuan yang jelas maka akan memubadzirkan seluruh potensi yang ada , baik itu tenaga , pikiran , waktu dan biaya. Segalanya akan sia-sia.

Tujuan manusia beribadah menetapi agama adalah ingin mendapat rahmat/ridho Alloh dan menghindarkan/takut murka Alloh.

Surat Al-Baqororh(2) ayat 218 :" sesungguhnya orng-orang yang beriman dan orang-orqang yang hijrah (pindah dari alam kegelapan ke alam cahaya/iman) dan orang-orang yang membela di jalan Alloh mereka itulah orang yang mengharap dapat rohmat/kasih sayang Alloh, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Apabila seorang hamba sudah mencapai taraf iman,mendapat ridho Alloh segala tutur kata , perilaku, pemikiran serta seluruh aspek kehidupannya sudah digerakkan di jalan Alloh maka sudah barang tentu Alloh SWT akan memberikan kasih sayangnya berupa kebahagiaan, kesempurnaan hidup yang abadi di akhirat . Sebab sekalipun di dunia sudah mengenyam kebahagiaan, bergelimang harta dan tahta, namun keduniaan bukanlah tujuan utama. Masih ada lagi kehidupan yang abadi setelah hari kebangkitan nanti.

Kedua, Faktor Jalan

Sekalipun rumusan tujuan sudah jelas tetapi tanpa mengetahui kebenaran jalan yang akan dilalui, maka perjalanan Panjang akan berakhir dengan sia-sia, tersesat dan menanggung beban penderiataan berkepanjangan. Sabda Rosululloh SAW menurut riwayat Muatho' Malik" Telah aku tinggalkan dua perkara di antara kamu sekalian, selagi kamu sekalian berpegang teguh pada keduanya , maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Ke dua perkara tersebut adalah Kitabillah(al-Quran) dan Sunah /tuntunan Nabi(al-hadis).

Dalam kesempatan yang lain Rosululloh SAW bersabda dalam hadis Ibnu Madjah dan Baihaqi: "Al-quran adalah penolong , dan yang diberi hak untuk menolong. Dan pelapor yang dipercaya, barang siapa yang menjadikan al-Quran sebagai pediman/panutan hidupnya, maka qur'an tersebut akan menuntunnya menuju ke surga, tetapi barang siapa yang menjadikan al-qur'an dibelakangnya (mengesampingkan ) maka al-Quran tersebut akan menyeretnya ke dalam neraka".

Terlebih lagi sabda Rosululloh dalam hadis Sunan Abu Dawud no. hadis 4597 jilid 2 " Dan sesungguhnya umat ini (Islam) nanti akan berpecah belah menjadi 73 glongan, yang 72 golongan masuk neraka , dan yang satu golongan akan masuk ke surga……Dst al-hadis"

Nah untuk memahami agama Islam sehingga betul-betul yakin menemukan satu golongan yang berhasil masuk surga selamat dari neraka, salah satunya jalan adalah dengan memohon petunjuk /hidayah kepada Alloh, disamping juga bertanya kepada orang yang ahli ilmu agama(ulama). Alloh SWT bahkan dua kali memerintahkan kepada hambanya agar bertanya , yaitu pada Surat al-Anbiya'(21): 7 dan Surat an-Nahl(16): 43. " Maka bertanyalah kepada orang yang ahli dhikir(ilmu al-Qur'an) jika kalian tidak tahu"

Ketiga Faktor Sarana/fasilitas.

Semua manusia terlahir di dunia ini tidak membawa apa-apa, bahkan tanpa sehelai benangpun, namun Alloh SWT menganugerahkan akal budi, kesehatan, kekuatan serta kederdasan. Sehingga manusia mampu belajar dan dengan ijin-Nya mampu memperoleh rejeki, materi, pangkat, jabatan dan sebagainya. Pemberian Alloh ini nanti di akhirat akan diusut/dipertanyakan oleh Alloh. Surat At-Takatsur (102);7-8 "Kemundian niscaya sungguh kalian akan lihat dengan mata yakin (mata kepala sendiri) kepada neraka jahanam, kemudian kalian akan ditanya sungguh tentang kenikmatan (yang diberikan selama di dunia)"

Kalau hamba pandai mensyukuri nikmat Alloh dengan cara menggunakan segala pemberian nikmat tersebut untuk menetapi agama Alloh , maka kan menjadi orang yang beruntung. Namun sebaliknya kalau tidak mau bersyukur maka termasuk orang yang kufur atau mengingkari dan nantinya pasti mendapat siksa Alloh yang pedih. Namun sayang pada kenyataannya banyak sekali manusia yang tidak mau menggunakan kenikmatan yang diberikan Alloh kepadanya. Sesuai dengan sabda Rosululloh SAW dalam Hadis Bukhori " Dua nikmat yang kebanyakan disia-siakan oleh manusia adalah kesehatan dan kesempatan".

Keempat Faktor Bahan Bakar.

Mobil ynag dikendarai untuk mencari jalan demi mencapai tujuan akan tetap berjalan selama masih ada bahan bakar. Hakikatnya seluruh pemberian Alloh yang berupa segala potensi yang ada pada diri manusia materi, pangkat, jabatan, kesehatan, kesempatan semua tetap bisa dimanfaatkan mencari jalan keselamatan/kebenaran selagi manusia itu masih punya nyawa/masih hidup. Sedangkan panjang pendeknya umur manusia hanya Alloh SWT yang Maha Tahu. Sifatnya goib/rahasia. Firma Alloh SWT dalam Surat Bani Isroil(17);85 " Mereka bertanya padamu (Muhammad) tentang ruh, maka katakanlah bahwa ruh/nyawa adalah urusan Tuhanku, dan kamu (manusia) tidak diberi ilmu kecuali hanya sedikit saja"

Maka disinilah kita menyadari bahwa betapa besar nikmat Alloh kepada hambanya. Dengan keterbatasan umur kita yang sangat singkat ini , rasanya kita tidak nyaman, tidak tenang sebelum menemukan jalan hidup menuju keselamatan dunia dan akhirat berdasarkan syari'at agam Islam sebagaimana kehendak Alloh SWT dalam Al-Quran dan sabda Rosululloh SAW dalam al-hadis.


Artikel yang dimuat Harian Bernas Yogyakarta, Jumat 12 Januari 2007