Sabda Rosululloh SAW menurut Abu Ghuroiroh dalam Sunan Abu Dawud no. hadis 2880 bahwa ketika seseorang meninggalkan dunia/wafat, maka putuslah amalannya kecuali 3 perkara, antara lain sodakoh jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendoakan, lalu bagaimana kedudukan hadis tersebut, serta seberapa besar peranannya terhadap nasib orang yang sudah meninggal dunia?
Ilmu (dasar hukum) agama Islam yang terdiri dari kurang lebih 6237 ayat al-Quran dan belasan ribu lebih matan/conten /isi hadis, pada dasarnya semua membentuk pengertian yang menyeluruh sebagaimana satu bangunan raksasa.
Satu atau beberapa ayat dalam satu surat bisa berhubungan dalam satu rangkaian tafsir/pengertian secara berkelanjutan, dengan satu ayat atau beberapa ayat yang lain dalam surat yang sama atau pada surat yang lain.
Demikian pula halnya tafsirannya bisa tersebar di berbagai imamul hadis, yang terkenal dengan Kutubusitah, yaitu enam kitab hadis paling sohih yang sudah diakui ulama Islam se dunia, diantaranya :Sohih Bukhori, Sohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Madjah, Sunan Tirmidzi.
Selain enam kitab hadis yang sudah termashur tersebut, masih ada lagi puluhan kitab yang sering juga dipakai rujukan/acuan dalam pengambilan dalil/hujah sumber hukuk antara lain : Sunan Darimi, Sunan Dailami, Tobroni, ad-Daru Qutni, Sunan Ahmad, Baihaqi, al-Khoroiti, Ibnu Abdil Bari dll.
Meskipun letaknya terpisah-pisah namun pada dasarnya semua saling berkaitan satu sama lain, saling menjelaskan sehingga terbentuklah pengertian yang utuh,total.
Ibaratnya satu rumah yang besar, meskipun tersusun dari puluhan, ratusan bahkan ribuan material, namun semuanya saling terkait, satu bagian dengan bagian yang lain saling mendukung secara integral / terpadu, menyempurnakan menjadi bangunan yang kokoh.
Mendalami ilmu agama Islam ibarat mengamati dan mencermati bagian demi bagian material, memerlukan waktu yang relatif lama secara berkesinambungan, makin lama makin jelas mendapat gambaran pengertian yang global.
Mengandalkan dengan mempunyai satu, dua atau beberapa material saja secara terpisah, maka tentu belumlah cukup untuk memperoleh manfaat / fungsi sebagaimana tujuan membuat rumah.
Demikian pula halnya mendalami satu ayat atau hadis secara terpisah kadang belum tentu langsung mendapatkan pengertian secara keseluruhan dari maksud yang terkandung didalamnya, karena kelanjutannya atau tafsirnya berada tersebar di beberapa ayat atau hadis yang lain.
Lebih jauh lagi, mengutip pernyataan Bapak Wakil Presiden H M Yusuf Kalla pada home page detik.com, Kumpulan Liputan Media Rakernas LDII Jakarta 6-8 Maret 2007 hal.29 berjudul" Salah Paham Agama Karena Pemahaman Tidak Utuh". Dijelaskan bahwa: "Pemahaman yang tidak utuh mengenai syariat Islam di internal umat Islam, merupakan penyebab salah paham kalangan non muslim terhadap ajaran Islam. Menjadi tugas para pendakwah menyelesaikan masalah ini".
Hal ini disampaikan Wakil Presiden HM Yusuf Kalla dalam dialog dengan Dewan Pengurus LDII di kediaman resmi Wapres Jl.Diponegoro No.2 Jakarta, Jumat (9/3/2007).
Kesungguhan, ketelitian serta ketekunan secara berkesinambungan dalam mendalami agama Islam dengan mengkaji makna dan pengertian dari ayat per ayat al-quran atau butiran demi butiran hadis, melalui arti kata demi kata serta menyimpan pengertian - pengertian yang diperolehnya dalam memori ingatan kita, maka dengan sendirinya kita akan kaya dengan kazanah, wawasan ilmu agama yang semakin lama semakin luas, sehingga akan terbentuklah gambaran Islam secara utuh, total.
Hal ini merupakan sebagian modal untuk memperoleh kembali pengertian yang utuh mengenai agama Islam sesuai dengan hukum syariatnya.
Dengan analogi kerangka berpikir (yang logis) seperti di atas, maka untuk mencari kejelasan aplikasi/penerapan hadis Abu Dawud no.2880 tersebut, perlu dicari dukungan atau hubungan dengan dalil naqli yang otentisitasnya lebih tinggi yaitu KItab Suci al-Quran.
QS.Saba'(34)
37.Dan bukanlah hartamu dan juga bukanlah anak2 mu yang akan bisa mendekatkan dirimu pada suatu kedudukan /pangkat di sisi kami(Alloh), kecuali orang yang beriman dan beramal solih,(khusus bagi orang iman dan amal solih, maka harta dan anak2nya bisa mendekatkan/berpengaruh baik terhadap kedudukan orang tuanya yang sudah meninggal). Semuanya itulah pembalasan yang dilipatkan sebab apapun yang telah meraka amalkan dan mereka di dalam panggung yang aman(di surga).
38.Dan orang-orang yang berusaha melemahkan ayat kami(Alloh) (dengan tafsirannya sendiri, mendebat mengalahkan kemurnian kandungan ayat al-quran), mereka itu lah yang akan didatangkan kepada siksaan.
QS.Ali Imron(3):10
Sesungguhnya orang yang tidak percaya, harta maupun anak mereka tidak bisa sedikitpun menolak siksaan dari Alloh, dan merekalah sebagai bahan bakarnya api neraka.
QS.As-Syu'aro'(26)
88.(Hari kebangkitan/qiyamat) adalah hari/saat di mana anak dan harta tidak memberi manfaat (harta dan anak /ahli waris yang ditinggalkan tidak ada gunanya).
89.Kecuali orang yang datang kepada Alloh (meninggal dunia dipanggil Alloh) dengan hati yang menyerah (Islam/Iman)
QS.Fathir(35):18" Dan tidaklah bisa seseorang akan menanggung beban (tanggungan/dosa ) orang lain, dan jika seseorang diseru untuk menanggung beban dosa orang lain yang berat dosanya, maka tidak akan bisa ditanggung sedikit saja, meskipun yang menyeru itu adalah kerabatnya sendiri (anak ,orang tua, suami, istri dll)…..al-ayat"
Dari beberapa uraian di atas maka dapat diambil beberapa pengertian:
Nasib seseorang kelak di hari qiyamat/di sisi Alloh SWT adalah hanya tergantung pada individu/pribadi orang itu sendiri sebelum meninggal dunia.
Sedang pemberlakuan hadis Abu Dawud tentang 3 perkara di bagian atas tulisan ini, hanya sebagai tambahan, setelah syarat yang pertama terpenuhi yaitu selama hidup sampai meninggalnya orang tersebut betul-betul sudah beriman/Islam=menyerah kepada Alloh SWT.
Pengertian QS.At-Thur (52):21 bahwa Orang yang beriman dan diikuti oleh anak turunnya yang juga beriman, maka Alloh akan mempertemukan pada derajat yang sama, (bahkan bisa mengikuti derajat anaknya yang lebih tinggi), dan Alloh tidak mengurangi derajat amalan salah satu di antara mereka. Dari semua pengamalan seseorang, maka diri orang yang beramal itulah yang akan menjadi tebusannya.
Dengan hanya mengandalkan tiga perkara, amal/sodakoh jariah, ilmu yang diambil manfaatnya, serta anak solih yang mendoakan, namun kalau hakikatnya seseorang itu belum Iman /Islam (sesuai dengan ukuran syari'at/ketentuan dari Alloh), maka penjabaran firman Alloh SWT di atas semoga dapat memberi gambaran yang jelas.
Syarat berikutnya, agar doa sang anak bisa sampai kepada orang tua yang beriman, maka dari penelitian ayat-ayat al-Quran di temukan bahwa, anak tersebut juga anak yang sholih.
Tentu saja kriteria kesholihannya menurut ukuran standart dari Dzat yang mengabulkan / menyampaikan doa kepada alamat tujuan. Bukan lain hanyalah Alloh SWT.
QS.Ali Imron(3):113-114 = Tidaklah sama (di antara mereka) orang ahli kitab ada umat yang menetapi /konsekwen, mereka membaca kitab pada waktu malam(termasuk waktu yang lain), dan mereka bersujud (mengerjakan solat). Mereka beriman pada Alloh, serta hari akhirat, mereka memerintah kepada kebaikan mencegah yang mungkar, mereka berlomba-lomba/cepat-cepat dalam melakukan kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang sholih.
Sedangkan penjelasan Rosululloh SAW yang merupakan tafsiran dari ayat di atas ditemukan dalam al hadis Sunan Abu Dawud Juz 1 no.hadis 1453 bahwa" barang siapa yang membaca al-quran dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya (karena paham dan yakin maksudnya) , maka ke dua orang tuanya di hari qiyamat akan diberi mahkota, yang mana sinarnya lebih baik/terang dari pada sinarnya matahari di rumah dunia, seandainya(mahkota itu ) ada di kalangan kamu sekalian. Maka bagaimana persangkaan kamu terhadap orang yang mengamalkan al-Quran itu sendiri?"
Hadis tentang anak solih yang memintakan ampunan bagi ke dua orang tua (yang juga solih) dapat ditemukan dalam himpunan hadis ahkam hal.19/Riwayat Ahmad Juz 4 hal/no.hadis 242 sabda Rosululloh SAW " Sesungguhnya Alloh SWT niscaya mengangkat derajatnya hamba yang solih di surga. Hamba tersebut lalu (merasa heran karena sadar kenaikan derajatnya bukan atas amalannya sendiri) lalu berkata "wahai tuhanku bagaimana ini bagi saya (derajatnya naik)? Alloh menjawab "karena permohonan ampunan dari anakmu untukmu"
Dari beberapa ayat di atas juga dipadukan dengan al-hadis, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud orang yang solih menurut Alloh adalah orang yang membaca kitab al-Quran /paham maksudnya dan mau mengamalkan secara murni dan konsekwen. Dengan keimanan/kesolihan yang sama antara orang tua dengan anaknya, maka orang tuanya secara automatis akan diberi bonus tambahan berupa mahkota kehormatan di hari qiyamat.
Aabila orang tua yang solih/beriman bisa memiliki anak yang juga solih /beriman, yang paham agama, pandai membaca al-quran, mengerti arti yang dibacanya sehingga bisa mengamalkan secara murni dan konsekwen, mau dan mampu amar makruf nahi mungkar/berdakwah, maka sungguh suatu kehormatan, kemulyaan yang sejati yang dapat dibanggakan di hadapan Alloh kelak.
Menurut hukum Alloh sesuai uraian beberapa dalil al-quran dan al-hadis di atas maka Doa Anak Solih sebagai salah satu dari amalan yang terus mengalir/amal jariah insyaAlloh akan terkabul. Amin.